
Dalam dunia industri, Penting untuk memahami pengertian dan prinsip kerja dari korosi karena pada setiap komponen industri tidak akan lepas dari namanya logam, seperti besi, baja, stainless steel atau paduan tembaga. Semua logam ini akan bereaksi dengan lingkungannya karena hujan, panas dan lain-lain seiring berjalannya waktu. Maka dari itulah, akan lebih baik kita untuk mengetahui apa itu korosi.
Korosi dapat didefinisikan sebagai kerusakan material oleh reaksi terhadap lingkungannya. Proses terjadinya korosi dibedakan menjadi dua, yaitu: Korosi secara alami dan korosi secara elektro kimia.
Macam-macam proses terjadinya Korosi
Korosi Secara Alami
Korosi terjadi karena kecenderungan alami dari kebanyakan logam untuk kembali ke keadaan alami mereka, misalnya: besi dengan adanya udara lembab akan kembali ke keadaan aslinya, yaitu oksida besi. Karena pada awalnya, kebanyakan logam yang ditemukan di alam masih dalam bentuk senyawa kimia. Jika kita melihat besi atau logam lain pada kehidupan sehari-hari maka itu adalah hasil dari pengolahan senyawa mereka. Ada tiga komponen utama yang diperlukan untuk terjadinya korosi secara alami, yaitu:
- Logam
- Oksigen
- Elektrolit (biasanya air)
Berikut adalah contoh korosi logam besi dengan udara lembab:

Besi akan berperan sebagai anoda yang mengalami reaksi oksidasi:
Fe(s) <–> Fe2+(aq) + 2e
Sedangkan oksigen berperan sebagai katoda akan mengalami reaksi reduksi:
O2(g) + 4H+(aq) + 4e <–> 2H2O(l)
Proses reaksi reduksi-oksidasi (Redoks) bisa dinyatakan sbagai berikut:
Anoda : {Fe(s) → Fe2+(aq) + 2e } x 2
Katoda: O2(g) + 4H+(aq) + 4e → 2H2O(l)
Redoks: Fe(s) + O2(g) + 4H+(aq) → Fe2+(aq) + 2H2O(l)
Ion besi (II), Fe2+ , yang terbentuk pada anoda selanjutnya akan teroksidasi lebih lanjut membentuk ion besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi (Fe2O3).
Korosi secara elektrokimia
Korosi juga merupakan proses elektrokimia dimana korosi terjadi karena pertukaran elektron. Ada empat komponen utama yang diperlukan untuk terjadinya korosi secara elektrokimia:
- Anoda (Logam yang mudah melepaskan elektron/teroksidasi)
- Katoda (logam yang mudah menerima elektron/ tereduksi)
- Elektrolit (cairan yang membantu elektron untuk bergerak dari anoda ke katoda)
- Konduktor (media yang mengalirkan elektron dari anoda ke katoda)
Prinsip utama dari korosi secara elektrokimia ini adalah mengorbankan logam yang lebih reaktif (anoda) untuk teroksidasi (korosi) sehingga dapat melindungi logam utama (katoda). Berikut adalah contoh dari metode ini dimana terdapat dua logam, yaitu: Zinc (anoda) dan besi sebagai (katoda).

Pada gambar di atas, Zinc dan Besi dicelupkan di dalam asam klorida yang dihubungkan dengan kawat konduktor sehingga reaksi oksidasi (korosi) terpusatkan pada Zinc yang mempunyai sifat lebih reaktif daripada besi. Prinsip elektrokimia ini digunakan pada metode sacrificial cathodic protection system.
Jenis-jenis Korosi:
- Uniform Corrosion
- Concentration Cell Corrosion
- Intergranular Corrosion
- Atmospheric Corrosion
- Erosion Corrosion
- Fretting Corrosion
- Dealloying
- Formicary Corrosion
- Microbiological Corrosion
- Galvanic Corrosion – Bimetallic Corrosion
- Pitting Corrosion – Crevice Corrosion
- Stress Corrosion Cracking
- Cavitation Corrosion
- Hydrogen Embrittlement
- Immunity
- Corrosion Fatique
Pencegahan Korosi
- Cathodic Protection
- Penghambat (Inhibitor) Korosi
Adanya molekul asing dapat mempengaruhi reaksi pada permukaan. Proses korosi adalah salah satu jenis reaksi permukaan. Korosi dapat dikendalikan dengan senyawa asing yang dikenal dengan senyawa inhibitor (penghambat). Senyawa penghambat dapat terabsorpsi pada permukaan logam yang bereaksi dan langsung menyerap kearah lapisan permukaan logam. Cara kerja dari senyawa penghambat, yaitu: memblokir bagian yang rawan korosi, mencegah laju anoda maupun katoda, meningkatkan potensial dari elektroda dan menambahkan oksidator, seperti: nitrit, kromat dan amina.
Jika artikel ini bermanfaat buat Anda, mohon untuk di Share because “Sharing is Caring”
Referensi: