Mesin Laminator Solar Panel

Mesin laminator Solar Panel merupakan salah satu komponen penting dalam produksi solar panel untuk memastikan kualitas dan daya tahan dari solar cell. Seperti penjelasan pada artikel sebelum nya, faktor penting dalam proses laminasi ini adalah bahan baku, temperature, vacuum, tekanan dan waktu.
Continue reading “Mesin Laminator Solar Panel”

Solar Panel: Monocrystalline vs Polycrystalline

Teknologi solar panel telah meningkat dari tahun ke tahun secara terus menerus dengan berbagai inovasi sudah diperkenalkan di pasar. Namun, ketika Anda mengevaluasi pilihan solar panel untuk sistem Anda maka Anda akan menemukan dua kategori utama, yaitu: solar panel Monocrystalline dan Polycrystalline. Kedua opsi ini telah digunakan selama beberapa tahun yang lalu dimana kedua jenis solar panel ini memanfaatkan energi matahari, tetapi Anda harus mempertimbangkan perbedaan antara solar panel Monocrystalline dengan polycrystalline secara objektif berdasarkan efisiensi, biaya, tampilan dan durability sebelum membuat keputusan pembelian.

Continue reading “Solar Panel: Monocrystalline vs Polycrystalline”

Cara Kerja Industry 4.0

Source: https://www.eltec.de
Source: https://www.eltec.de

Dalam era digital ini, kita berada pada kehidupan teknis yang sangat mudah dan sederhana dalam melakukan aktifitas Bayangkan saja bahwa kita bisa membeli makanan tanpa harus keluar rumah  dengan go food, membeli barang tanpa harus ke toko ataupun pasar dengan bukalapak, membeli tiket pesawat tanpa harus ke agen pesawat ataupun bandara dengan traveloka. Bayangkan betapa mudah efisiennya kehidupan kita sekarang tanpa harus mengeluarkan biaya dan waktu untuk berkomunikasi langsung dengan pihak penjual. Tahukah Anda teknologi apa yang mendasarsi e-commerce (Gojek, bukalapak, traveloka) ? Industry 4.0.

Continue reading “Cara Kerja Industry 4.0”

Prinsip Kerja Hologram

Gambar 1: Tokoh Tony Stark dalam Film Iron Man Sedang Mengkonsep Baju Tempur Iron Man (www.gizmodo.com.au)
Gambar 1: Tokoh Tony Stark dalam Film Iron Man Sedang Mengkonsep Baju Tempur Iron Man (www.gizmodo.com.au)

Sekali lagi, ternyata banyak sekali penemuan teknologi yang terinspirasi oleh film. Dan lagi-lagi, salah satu dari sekian banyak film penginspirasi tersebut adalah Iron Man. Seperti pada gambar di atas, terlihat bahwa tokoh Tony Stark, sedang berinteraksi dengan komputer yang dia jadikan asisten pribadi, menggunakan teknologi yang kita sebut hologram. Terdapat dua jenis hologram pada film Iron Man, yaitu hologram dua dan tiga dimensi. Hologram dua dimensi atau yang kita kenal sebagai 2D, berfungsi sebagai interface tokoh Tony Stark dan komputer asisten pribadinya, Jarvis. Sedangkan hologram 3D digunakan untuk menampilkan detail konsep baju tempur Iron Man.

Gambar 2: Ilustrasi Hologram 3D (www.google.com)
Gambar 2: Ilustrasi Hologram 3D (www.google.com)

Teknologi hologram merupakan salah satu teknologi hasil rekayasa optik. Teknologi ini sebenarnya sudah dikembangkan sejak akhir tahun 1940 an oleh fisikawan Hungaria bernama Dennis Gabor. Dennis memperoleh nobel fisika tahun 1971 atas karyanya dalam penemuan dan pengembangan pada metode holografi. Dennis secara tidak sengaja menemukan teknik holografi ini dalam usaha penelitiannya mengenai pengembangan mikroskop elektron. Oleh karena itu, teknik holografi Dennis menggunakan sebuah metode yang dinamakan electron holography. Pengembangan teknik holografi ini tidak berkembang sampai tahun 1962. Pada tahun tersebut, seorang ilmuwan Uni Soviet, Yuri Denisyuk, mengembangkan sebuah sistem laser yang dapat “merekam” objek secara tiga dimensi. Teknik holografi yang ditemukan Yuri dan tim diberi nama transmission hologram. Sinar laser dikenakan pada objek dan diteruskan ke lapisan hologram. Gambar rekonstruksi ditampilkan pada sisi lainnya dari lapisan hologram tersebut. Teknik holografi Yuri menggunakan campuran emulsi dari Perak–Halida sebagai medium perekaman. Pada perkembangan selanjutnya, teknik transmission hologram mengalami kemajuan yaitu ditemukannya teknik holografi lain yang biasa disebut rainbow hologram. Rainbow hologram ditemukan oleh Dr. Stephen Benton dari MIT pada tahun 1968. Rainbow hologram ini biasa kita temukan dalam label-label yang bisa menjamin keaslian suatu produk. Rainbow hologram juga biasa digunakan untuk tujuan keamanan. Kelebihan rainbow hologram adalah dapat menghasilkan gambar rekonstruksi hanya dengan cahaya putih yang merupakan cahaya umum di sekitar kita.

Gambar 3: Contoh Rainbow Hologram (www.wikipedia.org)
Gambar 3: Contoh Rainbow Hologram (www.wikipedia.org)

Secara umum, hologram dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Yaitu hologram transmisi dan tipe refleksi. Untuk tipe transmisi, sudah dijelaskan di atas. Sedangkan hologram tipe refleksi merupakan hologram yang dapat menggunakan cahaya putih biasa. Selain itu, gambar konstruksi yang dihasilkan dapat dilihat dengan sisi yang sama dengan arah datangnya cahaya. Oleh karena itu, disebut hologram refleksi karena menggunakan prinsip refleksi dalam menghasilkan gambar hologram.

Cara Kerja

Secara umum, hologram merupakan sebuah proses penampilan gambar yang terbentuk akibat terbentuknya pola pencampuran sinar ketika dua sinar laser bertumbuk pada satu permukaan holograf. Salah satu dari sinar tersebut dinamakan Reference Beam yaitu sinar yang tidak memantul pada objek, sedangkan sinar yang lain disebut Object Bea karena memantul dan mengenai objek. Sedangkan untuk mengetahui prinsip kerja dari masing-masing hologram, simaklah penjelasan untuk asing-masing tipe hologram di bawah ini.

Transmission Hologram

Transmission Hologram merupakan hologram yang terbentuk karena pertumbukan Reference Beam dan Object Beam pada satu permukaan holograf. Pada umumnya, Transmission Hologram memerlukan sinar seragam seperti sinar laser sebagai sumber cahaya dalam pembentukan gambar rekonstruksi dari suatu objek.

Gambar 4: Ilustrasi Prinsip Kerja Transmission Hologram (web.mit.edu)
Gambar 4: Ilustrasi Prinsip Kerja Transmission Hologram (web.mit.edu)

Terlihat pada gambar di atas, sinar laser dibagi menjadi dua oleh Beam Splitter. Beam splitter ini merupakan sebuah kaca yang bersifat setengah cermin dan setengah lensa. Sinar yang dipisah oleh beam splitter dibagi menjadi dua, yaitu reference beam dan object beam. Reference beam diarahkan langsung pada permukaan holograf. Sedangkan sinar yang lain yaitu object beam, diarahkan pada objek dan dipantulkan menuju permukaan holograf. Percampuran antara reference beam dan object beam pada permukaan holograf dapat menghasilkan gambar rekostruksi yang dapat dilihat pada sisi holograf yang tidak terkena sinar atau sisi yang berlawanan dari permukaan holograf yang dikenai sinar.

Pada umumnya, transmission hologram memerlukan sinar yang bersifat quasi-monokromatik seperti sinar laser. Akan tetapi, terdapat jenis transmission hologram yang bisa menggunakan sumber cahaya putih atau cahaya sekitar, yang disebut Rainbow Hologram. Rainbow hologram merupakan perkembangan dari transmission hologram yang hanya bisa bekerja jika dikenai sinar laser. Rainbow hologram dapat bekerja meskipun hanya mendapat cahaya biasa atau cahaya putih.

Gambar rekonstruksi yang tercipta pada rainbow hologram merupakan hasil dari dua proses holografi. Proses pertama mirip seperti pada transmission hologram sebagai objek dan hologram yang terbentuk melalui celah horizontal. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut.

Gambar 5: Susunan Optika pada Rainbow Hologram (www.wikipedia.org)
Gambar 5: Susunan Optika pada Rainbow Hologram (www.wikipedia.org)

Gambar di atas merupakan susunan optika yang digunakan oleh Dr. Stephen Benton untuk menghasilkan efek rainbow hologram pada tahun 1968. Dari gambar di atas, terlihat bahwa celah horizontal terletak di depan objek. Celah horizontal ini bertujuan untuk menghilangkan efek parallax (Efek perbedaan persepsi posisi akibat perbedaan sudut pandang) secara vertikal. Objek disinari oleh cahaya laser, kemudian sinar dipantulkan melalui celah sempit menuju lapisan hologram. Selain itu, lapisan hologram juga dikenai oleh reference beam. Hal ini persis seperti pada transmission hologram. Perbedaannya hanya terletak pada penggunaan celah sempit horizontal (Narrow slit). Adanya celah sempit di depan objek ini membuat pengamat hanya bisa melihat sebagian kecil dari objek pada suatu sudut pandang. Pengamat dapat mengamati bagian kecil lainnya dari objek jika merubah sudut pandangnya. Jika rainbow hologram ini dikenai cahaya putih secara langsung, maka tiap-tiap sinar dengan panjang gelombang berbeda akan menghasilkan gambar rekonstruksi pada sudut berbeda. Sehingga keseluruhan objek dapat dilihat oleh pengamat melalui satu sudut pandang. Jika pengamat mengubah sudut pandangnya, maka akan terjadi pergeseran panjang gelombang sinar yang seolah-olah mengubah warna objek menjadi warna-warna pelangi (penyusun sinar putih). Inilah alasan mengapa teknik holografi ini disebut rainbow hologram.

Reflection Hologram

Hologram tipe refleksi memiliki perbedaan dalam menghasilkan gambar rekonstruksi dengan hologram tipe transmisi. Pada hologram tipe transmisi, sinar referensi dan sinar objek bertemu pada satu sisi dari permukaan hologram. Sedangkan pada hologram tipe refleksi ini, sinar referensi dan sinar objek bertemu pada sisi yang berlawanan dari permukaan hologram. Gambar rekonstruksi yang dihasilkan akan ditampilkan pada sisi yang bertumbukan dengan sinar referensi.

Gambar 6: Skema Kerja Hologram Tipe Refleksi (www.hyperphysics.phy-astr.gsu.edu)
Gambar 6: Skema Kerja Hologram Tipe Refleksi (www.hyperphysics.phy-astr.gsu.edu)

Dari gambar di atas, terlihat bahwa arah sinar referensi dan sinar objek datang secara berlawanan arah dan bertemu pada dua sisi hologram yang berbeda. Sinar yang digunakan pada hologram refleksi dapat berupa sinar monokromatik (Laser) maupun cahaya putih biasa. Gambar rekonstruksi yang dihasilkan oleh hologram refleksi merupakan pantulan dari percampuran sinar referensi dan sinar objek pada permukaan hologram. Hologram refleksi juga dapat dibuat multi warna. Caranya, laser yang digunakan dalam merekam gambar adalah laser tiga warna seperti merah, hijau, dan biru.

Gambar rekonstruksi yang tercipta pada hologram refleksi jauh lebih tajam dan berkualitas, bahkan hampir tidak bisa dibedakan dengan objek aslinya. Misalnya, jika yang dijadikan objek adalah cermin, maka gambar rekonstruksi yang dihasilkan dapat memantulkan cahaya. Selain itu, jika objek yang direkam adalah berlian, maka gambar rekonstruksi yang dihasilkan mempunyai kemampuan untuk berkilau sama persis seperti berlian yang direkam. Namun sebagai konsekuensinya, biaya produksi dari hologram refleksi menjadi relatif lebih mahal.

Perbandingan Antara Hologram Transmisi dan Hologram Refleksi

Perbedaan metode dalam menghasilkan gambar rekonstruksi antara hologram transmisi dan hologram refleksi pasti akan menimbulkan keunggulan maupun kekurangan satu dibandingkan lainnya. Alasan murahnya biaya produksi dan kemudahan metode produksi menjadikan hologram transmisi lebih disukai untuk tujuan produksi massal. Hologram pada lisensi resmi adalah contohnya. Namun hologram transmisi lebih banyak digunakan pada galeri-galeri seni untuk dipamerkan. Hal ini dikarenakan sifatnya yang mampu menghasilkan gambar rekonstruksi yang sangat mirip dengan objek aslinya. Sehingga hologram reflektif dianggap lebih artistik daripada hologram transmisi.

Aplikasi

Hologram digunakan untuk berbagai tujuan. Dari tujuan keamanan hingga kesenian. Beberapa kegunaan hologram dijabarkan sebagai berikut:

  1. Seni. Para seniman mulai melihat potensi hologram sebagai media seni. Hal ini dikarenakan sifat hologram yang mampu berubah warna. Sehingga mampu menghasilkan seni yang dinamis, alih-alih sebelumnya sebagai seni yang statis. Penggunaan hologram dalam bidang seni membuktikan bahwa sains dapat berkolaborasi dengan seni. Penggunaan hologram dalam bidang seni pertama kali dipelopori oleh galeri Cranbrook Academy of Art di Michigan pada tahun 1968. Serta galeri Finch College pada tahun 1970. Kedua pameran seni hologram ini banyak menyita perhatian media nasional maupun internasional hingga seni hologram berkembang hingga saat ini.

    Gambar 7: Bejeweled Fish – Seni Hologram Refleksi Karya Hans Bjelkhagen (www.holocenter.org)
    Gambar 7: Bejeweled Fish – Seni Hologram Refleksi Karya Hans Bjelkhagen (www.holocenter.org)
  2. Media Penyimpan Data. Teknik holografi dapat digunakan sebagai media penyimpan data. Hal ini dikarenakan sifat holografi itu sendiri yang merekam objek 3D pada lempengan hologram memakai bantuan cahaya monokromatik (laser). Pada awal perkembangannya, media penyimpanan yang menggunakan teknik holografi hanya menghasilkan apa yang biasa kita sebut dengan VCD dengan kapasitas tidak lebih dari 1 GB. Namun hal tersebut sudah membawa kemajuan signifikan dalam dunia media penyimpanan. Hal ini karena sebelumnya hanya menggunakan disket yang kapasitasnya hanya sampai 128 MB maksimal. Namun pada saat ini, teknik holografi mampu membuat media penyimpanan dengan kapasitas yang sangat besar dalam media yang relatif kecil seperti Blu-Ray Disc yang mampu menampilkan video dengan kualitas HD. Bahkan penggunaan material tertentu sebagai material hologram mampu menjadikan kecepatan perekaman hingga mencapai tingkat Gigabit per detik.
  3. Dynamic Holography. Hologram yang biasa kita jumpai sehari-hari kebanyakan merupakan hologram statis, yaitu hologram yang membutuhkan waktu dalam merekam data dari sinar laser. Namun, akhir-akhir ini para ilmuwan telah berusaha membuat material hologram yang mampu merekam data hampir bersamaan dengan data tersebut ditulis, atau dalam bahasa sederhananya real time hologram. Jika riset ini berhasil, maka akan membawa kemajuan yang signifikan untuk aplikasi hologram, di antaranya untuk image processing maupun optical computing. Hologram 3D pada film Iron Man adalah salah satu contoh dari optical processing. Optical processing merupakan teknologi yang sangat menjanjikan mengingat kecepatan cahaya yang mencapai 300 km/jam, jauh lebih tinggi daripada komputer masa kini yang masih menggunakan electronic computing. Namun, para ilmuwan dan insinyur masih berusaha menemukan material yang sangat bersifat fotorefraktif, sehingga kecepatan dari cahaya dapat dioptimalkan untuk mendukung kecepatan optical computing.
  4. Hobi. Penggunaan hologram telah memasuki dunia seni. Banyak seniman profesional yang mengembangkan seni hologram. Selain itu, hologram juga banyak diminati masyarakat luas sebagai hobi pribadi. Apalagi pada tahun 2000 di Amerika Serikat, telah banyak tersedia paket-paket untuk membuat hologram yang dijual bebas. Hal ini membuat masyarakat tertarik untuk membuat hologramnya sendiri.
  5. Interferometry. Sifat hologram yang sangat sensitif terhadap getaran membuat hologram dipilih sebagai alternatif indikator pada alat deteksi getaran. Interferometri merupakan analisa getaran, tegangan, maupun regangan menggunakan prinsip perubahan interferensi cahaya pada hologram. Hal ini menjadikan alat deteksi tersebut menjadi sangat presisi karena menggunakan prinsip interferensi cahaya. Jika pada sistem terjadi getaran yang berlebihan, maka hologram pada interferometer akan menunjukkan gambar rekonstruksi yang berbeda dengan gambar rekonstruksi pada saat sistem stabil. Penggunaan hologram sebagai interferometer ini sudah dipakai pada banyak bidang dalam dunia engineering, di antaranya pengukuran tegangan, regangan dan getaran pada suatu struktur.
  6. Keamanan. Hologram juga dipakai untuk menjamin keaslian suatu barang seperti uang, kartu identitas, paspor, hingga pencegahan imitasi pada produk-produk ternama. Hologram dipilih sebagai penjamin keaslian karena hologram sangat susah untuk ditiru. Hologram dibuat menggunakan master hologram yang harganya sangat mahal dan sangat sulit untuk diproduksi.

Kekurangan dan Kelebihan

Hologram mempunyai sisi positif dan negatif. Oleh karena itu, diperlukan kebijaksanaan pengguna dalam menggunakan teknologi ini.

Kelebihan

  1. Media autentifikasi yang sangat cepat dan mudah
  2. Mencegah pemalsuan
  3. Fleksibel dalam aplikasi
  4. Media ekspresi maupun seni yang menarik
  5. Menciptakan media penyimpanan dengan densitas yang besar

Kekurangan

  1. Biaya yang mahal sehingga hanya beberapa brand tertentu yang mempu menggunakannya
  2. Masih terbuka peluang pemalsuan seperti uang dan paspor palsu

Jika artikel ini bermanfaat buat Anda, mohon untuk di Share because “Sharing is Caring”

Referensi:

  1. www.explainthatstuff.com
  2. en.wikipedia.org
  3. www.livescience.com
  4. www.physics.stackexchange.com
  5. www.quora.com
  6. www.optigone.com
  7. www.hyperphysics.phy-astr.gsu.edu
  8. laser.physics.sunysb.edu
  9. web.mit.edu
  10. www.hologramtechnologybus237.blogspot.co.id
  11. www.silver.neep.wisc.edu
  12. www.how-does-things-work.blogspot.co.id
  13. www.disp.duke.edu

Prinsip Kerja Google Glass

Jika anda penggemar film Iron Man, Anda pasti paham dengan teknologi display pada helm Iron Man yang dirancang oleh Tony Stark. Ya, di helm tersebut, Tony dapat melihat secara terperinci tentang semua informasi tentang baju perangnya, seperti: power, target, pergerakan Iron Man, sampai informasi tentang radar. Selain itu, teknologi yang disebut Jarvis, dapat melaksanakan perintah sang Iron Man hanya melalui perintah suara. Anda ingin memilikinya? Sabar, ternyata Google telah merilis produk serupa, bahkan sudah dijual untuk umum. Google melalui divisi perusahaannya yang berfokus pada eksperimen dan pengembangan teknologi seperti mobil tanpa pengemudi (driverless car), yakni Google X, membuat suatu alat komunikasi berbentuk kacamata yang diberi nama Google Glass. Google Glass dapat menampilkan informasi tepat di hadapan penggunanya. Informasi yang diberikan meliputi email, reminder, hingga notifikasi media sosial, dan lainnya.

Gambar 1: Seorang Pengguna Menggunakan Google Glass (www.heavy.com)
Gambar 1: Seorang Pengguna Menggunakan Google Glass (www.heavy.com)

Google Glass harus dihubungkan terlebih dahulu pada sebuah smartphone sehingga mampu menampilkan informasi yang menunjang aktivitas penggunanya, seperti: email, panggilan telepon, maupun notifikasi lain pada smartphone tersebut. Google Glass diperkenalkan pertama kali kepada publik pada 2013 dengan label Google Glass Explorer Edition. Gadget ini dibanderol USD 1500 atau sekitar Rp 21 juta. Mahalnya gadget ini disebabkan material prisma yang dapat dikatakan extreme material. Selain itu, perlengkapan seperti baterai, proyektor, serta mainboard yang berukuran serba mini juga menjadi pendongkrak harga Google Glass tersebut.

Google Glass mempunyai bobot yang sangat ringan, yaitu sebesar 42 gram, dan mempunyai desain yang sangat nyaman digunakan. Sehingga membuat penggunanya betah berlama-lama memakai Google Glass.

Fitur Google Glass

Dengan harga yang fantastis, yakni USD 1500, Google Glass menawarkan fitur-fitur yang mampu memudahkan pengguna dalam mengakses fitur telekomunikasi, seperti: email, media sosial, maupun notifikasi-notifikasi lainnya. Berikut fitur-fitur yang dimiliki Google Glass.

  1. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk melihat informasi mana yang ingin ditampilkan oleh Google Glass. Touchpad ini terletak pada bagian samping. Geser ke belakang untuk melihat informasi sekarang seperti cuaca, dan geser ke belakang untuk melihat informasi seperti daftar panggilan, foto, update notifikasi media sosial, dan lain sebagainya.

    Gambar 2: Touchpad pada Google Glass (www.wikipedia.com)
    Gambar 2: Touchpad pada Google Glass (www.wikipedia.com)
  2. Google Glass juga dilengkapi kamera yang mampu merekam video dengan kualitas 720p HD. Kamera ini terletak pada bagian depan Google Glass.
  3. Seperti yang sudah disebutkan di atas, tampilan pada Google Glass memanfaatkan refraksi cahaya. Komponen display pada Google Glass sangat kompleks secara ilmu optika dan terdiri dari beberapa komponen, seperti: LcoS (Liquid Crystal on Silicon), field sequential color system, dan LED RGB. Penjelasan untuk setiap fungsi komponen display akan dijelaskan secara lebih rinci pada proses kerja Google Glass.
  4. Voice Command. Fitur perintah melalui suara ini merupakan alternatif input untuk Google Glass. Pengguna dapat mengaktifkannya dengan mendongakkan kepala sebesar 30o atau mengucapkan kalimat “Ok, Glass” yang kemudian diikuti dengan perintah suara yang dapat dikenali oleh Google Glass mulai dari perintah sederhana seperti “Take a picture”, “Give me direction to Eiffel Tower”, sampai perintah untuk mengirimkan email dengan menuliskan isi email tersebut melalui suara.

Prinsip Kerja Google Glass

Google Glass bekerja dengan prinsip pembiasan cahaya oleh prisma. LED meng-emisikan cahaya yang dipolarisasi dan dihomogenisasi untuk kemudian dibiaskan menjadi tampilan di depan mata pengguna. Secara terperinci, proses kerja dari Google Glass akan dijabarkan melalui gambar berikut.

Gambar 3: Proses Kerja Google Glass (www.quora.com)
Gambar 3: Proses Kerja Google Glass (www.quora.com)

Sebenarnya, sistem kerja Google Glass tidak bisa diidentikkan sebagai proyektor mikro. Sistem display pada Google Glass menggunakan sistem Field Sequential Color. Secara dasar, gambar yang ditampilkan Google Glass adalah gambar monokromatik terpolarisasi dengan tiga dasar warna, yaitu: merah, hijau, dan biru. Tidak seperti proyektor, Google Glass tidak membutuhkan emisi chaya yang terang karena gambar yang ingin dihasilkan bersifat transparan. Oleh karena itu, Google menggunakan Low-Power LED yang hemat konsumsi baterai. Penggunaan LED ini secara tidak langsung mengurangi ukuran dari Google Glass secara keseluruhan.

Gambar 4: Pembentukan Gambar Berbasis RGB pada Google Glass (www.quora.com)
Gambar 4: Pembentukan Gambar Berbasis RGB pada Google Glass (www.quora.com)

Emisi cahaya dari LED, akan diterima oleh Wedge Shaped Fly-Eye “Homogenizer” Lens. Komponen ini berbentuk persegi, namun jika diperbesar, konturnya hampir mirip dengan lensa Solar Concentrator untuk sel surya. Lensa fly-eye ini berfungsi sebagai distributor cahaya sehingga persebaran cahaya menjadi seragam. Komponen ini dilindungi oleh lembaran metal yang dilapisi aluminium yang berguna sebagai reflektor untuk lensa fly-eye, sehingga cahaya yang diemisikan LED mampu diterima seluruhnya oleh lensa fly-eye.

Cahaya yang diproses di lensa fly-eye akan diteruskan ke PCS (Polarization Compensation System) untuk dipolarisasi. PCS merupakan sistem untuk membuat gambar yang terpolarisasi dari setiap warna LED, sehingga terbentuk satu gambar yang berbasis satu warna di antara tiga warna RGB. PCS terdiri dari dua komponen, yaitu: polymer reflective polarizing diffuser (Biasa disebut Polymer Diffuser) dan reflective crossed wire grid based polarizing grating (Biasa disebut Crossed Polarization Grating).

Gambar 5: Penampakan Tiga Komponen Display Beserta Foto Perbesarannya (www.quora.com)
Gambar 5: Penampakan Tiga Komponen Display Beserta Foto Perbesarannya (www.quora.com)

Gambar yang sudah dihomogenisasi dan dipolarisasi akan diteruskan pada komponen yang dinamakan LcoS (Liquid Crystal on Silicon). Komponen ini berfungsi untuk membuat gambar negatif dari cahaya yang diemisikan oleh komponen sebelumnya.

Gambar 6: Penampakan Gambar Negatif yang Dihasilkan Oleh LcoS (www.quora.com)
Gambar 6: Penampakan Gambar Negatif yang Dihasilkan Oleh LcoS (www.quora.com)

LcoS merupakan suatu jenis material yang unik. Material ini terdiri dari kristal yang dibuat di atas hamparan silikon. Penampakan struktur LCoS ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 7: Struktur LCoS (www.quora.com)
Gambar 7: Struktur LCoS (www.quora.com)

Sistem PCS (Polarization Compensation System) pada Google Glass sangat unik. Penjelasannya sebagai berikut. Objek yang kita lihat pada dunia nyata, sebenarnya merupakan pantulan dari cahaya yang merupakan campuran seimbang antara cahaya S dan P (Istilah dalam polarisasi cahaya). Untuk mendapatkan sinar S saja atau P saja, kita harus melakukan proses polarisasi. Proses polarisasi dapat dilakukan dengan memberikan filter. Layar LED yang biasa kita temui, menggunakan konsep ini. Layar LED dilapisi filter cahaya untuk menghasilkan gambar yang bisa kita lihat. Tanpa lapisan filter, layar LED hanya akan menghasilkan cahaya putih terang. Hal inilah mengapa kadangkala kita melihat layar LED kita menjadi gelap saat dilihat pada sudut tertentu. Sama seperti layar LED, LCoS pada Google Glass juga mengemisikan cahaya yang terpolarisasi.

Namun, penggunaan filter untuk proses polarisasi dapat mengurangi setengah dari total intensitas cahaya yang dihasilkan. Pada Google Glass yang menggunakan LED yang rendah konsumsi, penggunaan filter jelas bukan suatu pilihan. Oleh karena itu, Google menggunakan sistem PCS ini.

Sistem PCS ini dikembangkan pada pertengahan tahun 2000 oleh Misumi Chemicals dari Jepang. Jadi sebenarnya sistem ini bukan buatan Google. Sistem PCS mampu membuat cahaya LED yang “terbuang”, digunakan kembali untuk selanjutnya mengalami proses polarisasi.

Pada Google Glass, lensa fly-eye meng-konsentrasikan cahaya yang tidak terpolarisasi yang diemisikan oleh LED, menuju polarizing diffuser. Polarizing diffuser ini bertugas untuk mempolarisasi input cahaya S menjadi cahaya P. Sebenarnya, setelah polarizing diffuser, selain cahaya P, juga ada sisa cahaya S yang lewat. Inilah tugas dari Reflective Polarizing Grating (RPG). RPG berfungsi sebagai penyaring dan pemantul. Cahaya P akan diteruskan ke LCoS, sedangkan cahaya S yang lolos tersebut akan dipantulkan kembali ke polarizing diffuser untuk dipolarisasi kembali menjadi cahaya P. Proses ini dilakukan berulang-ulang, sehingga cahaya yang diemisikan LED, dapat dipolarisasi secara maksimal menjadi cahaya P saja. Cahaya P inilah yang selanjutnya diterima LCoS untuk menghasilkan gambar negatif.

Gambar negatif yang dihasilkan oleh LCoS akan diteruskan ke lensa cembung dan dipantulkan sehingga bisa menghasilkan gambar yang nyata, atau seolah-olah ada di depan mata pegguna. Gambar yang dihasilkan Google Glass sebenarnya mirip dengan proses penampilan video, yaitu dengan transisi gambar dengan cepat. Bedanya, jika pada video, gambar yang digunakan adalah gambar full colour yang ditransisikan sangat cepat sehingga menghasilkan gambar berjalan, Google Glass melakukan transisi pada gambar monokromatik RGB untuk menghasilkan gambar yang full colour.

Gambar 8: Situasi Pandangan Pengguna Google Glass (www.techradar.com)
Gambar 8: Situasi Pandangan Pengguna Google Glass (www.techradar.com)

Gambar yang seakan-akan dekat dengan mata memberikan sensasi tersendiri. Menurut beberapa pengguna, memakai Google Glass rasanya sama seperti menonton HDTV 25 in.

Kelebihan dan Kekurangan

Sama seperti produk teknologi lainnya, Google Glass juga memiliki sisi positif maupun negatif. Hal ini menyebabkan perlunya kebijakan pengguna dalam menggunakan Google Glass. Kelebihan Google Glass adalah sebagai berikut:

  1. Sebagai Asisten Pribadi. Alat ini mampu menjadi asisten pribadi bagi para eksekutif yang biasanya mempunyai jadwal yang begitu padat. Melalui aplikasi Google Now, Google Glass dapat mengingatkan tentang janji dengan seseorang, sampai mengatur jadwal meeting.
  2. Sebagai Pusat Informasi Secara Cepat. Ketika membutuhkan informasi tentang sesuatu, pengguna dapat memerintahkan Google Glass untuk mencari informasi memakai Google Search Engine. Dan kerennya, fitur ini mampu diaktifkan memalui perintah suara (Voice commands).
  3. Sebagai Alternatif Fashion yang High-Tech. Banyak pameran fashion yang menyertakan Google Glass sebagai aksesori tambahan yang keren. Hal ini membuktikan bahwa memakai Google Glass dapat menambah nilai gengsi sosial penggunanya.

Selain sisi positif, tentu saja Google Glass juga mempunyai sisi negatif, diantaranya:

  1. Memberi Beban Lebih Terhadap Mata. Pemindahan fokus mata yang terlalu sering dari pandangan nyata ke Google Glass, dapat menurunkan kemampuan otot mata dalam menentukan fokus.
  2. Kemungkinan Terlanggarnya Privasi. Hal ini sangat beralasan, karena Google Glass memungkinkan penggunanya untuk mencari informasi mengenai seseorang yang sedang dihadapi hanya menggunakan suara. Selain itu, pengguna dapat memotret seseorang tanpa diketahui, mengunggah ke media sosial tanpa persetujuan orang yang difoto, bahkan dapat mencari orang tersebut melalui Google Web Image Search.

Jika artikel ini bermanfaat buat Anda, mohon untuk di Share because “Sharing is Caring”

Referensi:

  1. www.quora.com
  2. www.techradar.com
  3. www.tomsguide.com
  4. www.brillen-sehhilfen.de
  5. www.heavy.com
  6. www.wikipedia.com

 

Prinsip Kerja Lexus Hoverboard – Skateboard Layang Termutakhir

Teknologi transportasi terbang perseorangan akhir-akhir ini semakin dikembangkan. Banyak model-model yang terinspirasi oleh film fiksi ilmiah seperti Iron Man, James Bond, hingga Startrek. Film-film fiksi ilmiah seringkali menghadirkan teknologi yang sebenarnya diciptakan oleh fantasi sang sutradara dan tidak ada di dunia nyata. Bahkan seringkali teknologi tersebut terlihat tidak masuk akal pada masa sekarang. Namun hal itulah yang justru mendorong dan meng-ilhami para ilmuwan dan insinyur untuk mewujudkan teknologi dalam film tersebut. Salah satu alat yang baru-baru ini dikembangkan adalah Hoverboard. Alat ini terinspirasi dari film Back to The Future II dan III di tahun 1989, dimana para tokoh menggunakan semacam papan skateboard, namun tidak menggunakan roda.

Gambar 1: Hoverboard dalam Film Back to The Future (www.wikipedia.com)
Gambar 1: Hoverboard dalam Film Back to The Future (www.wikipedia.com)

Hoverboard adalah suatu papan yang dapat dikendarai mirip skateboard, bedanya skateboard menggunakan roda, sedangkan hoverboard melayang di udara. Teknologi hoverboard dimulai pada tahun 1950 ketika perusahaan Hiller Aircraft membuat semacam alat mirip hoverboard yang dinamai Flying Platform. Teknologi hoverboard benar-benar maju setelah seorang Prancis bernama Nils Guadagnin membuat hoverboard yang menggunakan daya tolak menolak antara kutub magnet yang sama. Hoverboard buatan Nils juga dilengkapi teknologi laser untuk membantu menjaga kestabilan. Namun hoverboard ini belum mampu menerima beban bobot manusia. Kemudian pada tahun 2014, Greg Henderson menyempurnakan kekurangan tersebut. Dia menggunakan prinsip kerja kereta supercepat yang menggunakan daya levitasi magnet. Hoverboard buatannya mampu membawa beban 150 kg saat melayang satu inci di atas tanah. Empat mesin kecil dijalankan untuk menghasilkan daya levitasi magnet seperti pada kereta cepat. Selain itu, mesin-mesin tersebut dapat menghasilkan daya dorong. Hoverboard yang dibuatnya ini dinamakan Hendo. Ternyata Hendo sangat diminati pecinta skateboard. Namun ternyata proyek ini hanya sebuah cara Greg untuk memperkenalkan idenya, yaitu menciptakan gedung yang menggunakan levitasi magnet agar dapat menjadi gedung yang tahan guncangan saat gempa. Sehingga idenya tersebut lebih dapat diterima pasar.

Di tahun 2015, sebuah perusahaan otomotif, Lexus, menggunakan konsep baru pada hoverboard. Mereka menggunakan teknologi superconductor. Superconductor merupakan teknologi mutakhir yang ditemukan seorang ilmuwan Belanda bernama Heike Kamerlingh Onnes.

Superconductor

Teknologi ini mampu menghasilkan material yang tidak mempunyai resistansi listrik sama sekali. Selain itu, material ini tidak dapat dipengaruhi oleh medan magnetik sebesar apapun sehingga dapat melayang di atas sebuah bidang magnetik.

Gambar 2: Superconductor (www.wikipedia.com)
Gambar 2: Superconductor (www.wikipedia.com)

Umumnya, sifat resistensi elektrik material akan turun seiring turunnya temperatur. Namun pada konduktor biasa, seperti: besi dan tembaga, hal ini dibatasi oleh campuran material lain. Material superconductor dibuat dengan cara pendinginan ekstrim sehingga temperatur material dibuat di bawah temperatur kritis. Bahan untuk menurunkan temperatur tersebut biasanya adalah nitrogen cair. Setelah di bawah temperatur kritis, material akan memasuki fase transisi dari konduktor biasa menuju fase superconductor.

Gambar 3: Material Biasa yang Sudah Memasuki Fase Superconductor (www.wikipedia.com)
Gambar 3: Material Biasa yang Sudah Memasuki Fase Superconductor (www.wikipedia.com)

Lexus Hoverboard

Lexus meluncurkan video yang berjudul Amazing Motion. Video tersebut merupakan video uji coba Lexus Hoverboard di salah satu skateboard park di Barcelona dan diuji coba oleh salah seorang skateboarder terkenal. Pada video tersebut, tampak seorang peseluncur melayang bersama hoverboardnya. Tidak seperti Hendo yang menggunakan medan tolakan magnet, Lexus hoverboard bekerja menggunakan teknologi superconductor sebagai pengangkat. Sebelum dapat dikendarai, permukaan logam bagian bawah papan harus didinginkan menggunakan nitrogen cair, sehingga dapat berubah menjadi superconductor. Hal ini membuat Lexus hoverboard lebih mirip pada hoverboard di film Back to The Future daripada Hendo. Oleh karena itu, banyak peminat yang memesan pada Lexus untuk dapat memproduksi secara massal hoverboard tersebut.

Superconductor yang digunakan pada Lexus Hoverboard adalah jenis YBCO (yttrium, barium, tembaga dan oksigen). Material ini tergolong high temperature superconductor karena memiliki temperatur kritis sebesar -180oC, sehingga dapat didinginkan oleh nitrogen cair. Oleh karena itu, Lexus Hoverboard mempunyai semacam tangki penampungan untuk menampung nitrogen cair. Kemudian nitrogen cair tersebut digunakan untuk menjaga agar temperatur material tetap di bawah temperatur kritis, sehingga fase superconductor tetap terjaga.

Gambar 4: Lexus Hoverboard Melayang di atas Permukaan (www.bloomberg.com)
Gambar 4: Lexus Hoverboard Melayang di atas Permukaan (www.bloomberg.com)

Namun hal yang mengecewakan adalah, ternyata hoverboard harus dikendarai di atas tempat yang dipengaruhi medan magnet. Karena superconductor hanya bisa melayang diatas medan magnet. Oleh karena itu, Lexus hoverboard tidak dapat dikendarai pada jalan biasa, atau bahkan taman skateboard biasa. Oleh karena itu, pihak Lexus mengklarifikasi bahwa skateboard park di Barcelona tersebut sudah dimodifikasi dengan penanaman magnet-magnet kecil, sehingga dapat menjadi skateboard park dengan medan magnet sementara.

Selain itu, nitrogen cair tersebut akan menguap seiring menyerap panas dari lingkungan sekitar. Jika nitrogen cair habis, maka fase superconductor dari material YBCO tersebut akan habis karena temperatur dari material tersebut akan terus meningkat hingga di atas temperatur kritis. Berdasarkan uji coba, Lexus Hoverboard dapat dikendarai selama 20 menit sebelum nitrogen cair menguap habis. Hal itu tentu tergantung pada temperatur udara sekitar. Pada video uji coba tersebut, sebenarnya Lexus menggunakan dua hoverboard. Satu untuk dikendarai dan satu diisi ulang menggunakan nitrogen cair.

Kedua alasan inilah yang membuat Lexus memutuskan bahwa hoverboard yang mereka buat tidak untuk kepentingan komersial. Well, setidaknya kita mampu mendekati teknologi fantasi dari film-film tersebut.

Jika artikel ini bermanfaat buat Anda, mohon untuk di Share because “Sharing is Caring”

Referensi:

  1. www.techtimes.com
  2. www.jalopnik.com
  3. www.bloomberg.com
  4. www.theverge.com
  5. draco.its.csufresno.edu
  6. www.wired.com
  7. en.wikipedia.org – Hoverboard
  8. en.wikipedia.org – Superconductivity
  9. hyperphysics.phy-astr.gsu.edu

MIT Ciptakan TRANSFORM, Furnitur Cerdas yang Mampu Membaca Emosi Manusia

Apa anda pernah menonton film Big Hero 6? Dalam film itu, sang tokoh utama, Hiro Hamada menciptakan sebuah robot mikro yang dinamai microbots. Microbots mempunyai kemampuan menyusun diri dengan microbots lain sesuai emosi dan kemauan orang yang mengendalikannya. Sehingga dapat dibuat alat transportasi yang tak tertandingi karena sifatnya yang fleksibel namun kuat. Akhir-akhir ini, sekelompok peneliti dari Massachussets Institute of Technology (MIT) dari Laboratorium Media Nyata (Tangible Media Lab) yang dipimpin oleh Prof. Hiroshi Ishii, mencoba membuat suatu teknologi yang berprinsip sama yaitu mampu membaca emosi melalui gerakan tangan dan mampu bertransformasi secara tiga dimensi (3D). Bukan berbentuk seperti microbots, namun lebih berbentuk seperti furnitur (meja). Mereka menamai ciptaan mereka dengan nama “TRANSFORM”.

Gambar 1: Prof. Hiroshi Ishii Memamerkan Kemampuan Transform (www.hexapolis.com)
Gambar 1: Prof. Hiroshi Ishii Memamerkan Kemampuan Transform (www.hexapolis.com)

Selama ini, dunia furnitur merupakan dunia yang statis, tidak bergerak, dan tidak menghibur. Furnitur hanya digunakan sebagai tempat menyimpan atau meletakkan sesuatu. Ada juga yang memasukkan teknologi touch screen sebagai display untuk menambah nilai dan fungsi furnitur. Tapi Prof. Hiroshi mengatakan bahwa dunia piksel adalah dunia dua dimensi alias tak nyata yang hanya bisa dikontrol menggunakan perangkat masukan seperti mouse atau touchscreen. Dia ingin menciptakan sebuah furnitur yang mampu dikendalikan secara fisik melalui gerakan, dan dapat merespon dengan gerakan tiga dimensi pula. Ide awalnya tersebut diwujudkan dalam inForm.

Gambar 2: Bagan Kerja inForm (tangible.media.mit.edu)
Gambar 2: Bagan Kerja inForm (tangible.media.mit.edu)

InFORM adalah cikal bakal dari Transform. InFORM dipamerkan pertama kali pada event Lexus Amazing Design di Milan pada tahun 2014. Alat ini menggunakan pendeteksi gerakan oleh Kinect dan akan menghasilkan sinyal digital yang akan diolah oleh komputer dan ditampilkan dalam gerakan tiga dimensi pada shape display. Namun inForm dirasa masih belum memenuhi kriteria “peleburan teknologi dalam kehidupan sehari-hari” karena masih terdapat display konvensional di dalamnya. Prof. Hiroshi berfikir untuk dapat menghilangkan sama sekali display gambar pada alatnya. Sehingga sekilas seperti mesin yang mampu menuruti keinginan manusia.

Prof. Hiroshi dan tim berambisi membuat suatu teknologi yang sama, namun lebih tidak terlihat sebagai komputer yang kurang humanis. Oleh karena itu, terciptalah Transform. Prof Hiroshi Ishii mengatakan bahwa Transform merupakan manifestasi fisik dari dunia digital yang selama ini kita kenal dengan dunia semu. Dia mengklaim penemuan transform sama seperti penemuan suara dan gambar dalam dunia digital. Di samping itu, tujuan utama dari pembuatan Transform adalah menjembatani jurang antara mesin dengan alam. Karena selama ini mesin dan alam adalah suatu yang berlawanan. Transform tetap menggunakan Kinect untuk pendeteksian gerakan. Namun programnya dibuat lebih humanis. Transform dirancang untuk dapat mendeteksi emosi seseorang dari energi gerakannya. Selain itu, Transform mampu merekam kebiasaan dari penggunanya. Sehingga, walaupun berbentuk meja, Transform mampu memberikan bantuan seperti berubah bentuk sedemikian sehingga bisa menjadi sandaran buku, handphone, tempat pensil dan lain-lain.

Gambar 3: Transform Mampu Membaca Emosi Seseorang (thecreatorsproject.vice.com)
Gambar 3: Transform Mampu Membaca Emosi Seseorang (thecreatorsproject.vice.com)

Transform digerakkan oleh ribuan motor linier yang dikontrol oleh komputer. Sebelumnya gerakan tubuh dideteksi oleh Kinect yang terletak di atas pengguna. Ketika pengguna bergerak, Kinect akan mendeteksi gerakan tersebut dan mengubahanya dalam sinyal digital sebagai inpu komputer. Program yang ada di komputer akan memproses inputan tersebut dan memerintahkan motor linier yang berjumlah ribuan untuk dapat membuat formasi sesuai dengan cepat atau lambatnya gerakan pengguna. Pada umumnya, seseorang yang sedang marah akan menghasilkan gerakan tubuh yang cepat. Sehingga seolah-olah Transform dapat merasakan emosi yang ada pada diri pengguna.

Teknologi Transform dapat terus dikembangkan dari sekedar meja. Salah satu anggota tim, Sean Follmer dari tim engine design, mengatakan bahwa sangat mungkin Transform di-aplikasikan pada dashboard mobil. Selain itu, Transform dapat diaplikasikan pada produk-produk statis seperti meja. Bayangkan Anda bisa memiliki kursi duduk tegak yang dapat berubah menjadi kursi santai? Hanya, bentuk Transform memerlukan sedikit perbaikan. Ukuran balok-balok pada Transform diperkecil. Sehingga mampu menghasilkan gerakan fisik yang lebih smooth dan beresolusi tinggi. Selain itu, gerakan Transform masih terbatas pada gerakan alam seperti gelombang air, pasir, maupun angin. Jika kendala-kendala tersebut dapat diatasi, pasti masa depan akan sangat menyenangkan!

Jika artikel ini bermanfaat buat Anda, mohon untuk di Share because “Sharing is Caring”

Referensi:

  1. thecreatorsproject.vice.com
  2. www.hexapolis.com
  3. www.ibtimes.co.uk
  4. www.dezeen.com
  5. www.fastcodesign.com